Activities

Membuat Karya Besar

Kondisi pandemi berangsur membaik. Sekolah perlahan kembali pada bentuknya yang dulu. Kegiatan tatap muka semakin intens dilakukan namun ternyata tak dipungkiri, dampak pandemi begitu besar pada anak-anak. Kepercayaan diri anak-anak untuk mencoba melakukan hal baru, kemampuannya dalam berinteraksi, serta beberapa kemampuan yang seharusnya telah dicapai pada usianya ternyata banyak yang tidak tampak. Hal ini menjadi tantangan bagi sekolah untuk menyelenggarakan kegiatan pendidikan pasca pandemi.

Kegiatan berkarya sangat dekat dengan anak usia dini. Tujuan dari berkarya bagi anak usia dini bukan untuk menjadikan mereka sebagai seniman di masa depannya, namun tentu saja hal tersebut tidak menutup kemungkinan bisa saja terjadi. Jadi sebenarnya apa saja pentingnya berkarya bagi anak-anak usia diri untuk mengembangkan kompetensinya di abad 21? Karya seperti apa yang dapat dilakukan oleh anak di sekolah dengan guru sebagai fasilitatornya?

Keterampilan abad 21 yang dibutuhkan terbagi menjadi 3 bagian yaitu literasi dasar, kompetensi, dan karakter. Dalam bahasa kurikulum, hal tersebut lebih dikenal dengan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku. Kemampuan literasi merupakan salah satu dasar dari keterampilan yang perlu dimiliki di abad 21 ini. Jika dijabarkan, kemampuan literasi yang lebih dibutuhkan adalah sesuatu yang lebih dari sekedar bisa membaca atau berhitung. Pentingnya literasi dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk meningkatkan kualitas hidup, mematangkan keterampilan dan memperlancar dalam membangun komunikasi dengan dunia sosial. Literasi tersebut dapat disebut dengan literasi dasar (foundational literacies) yaitu kemampuan anak dalam mengaplikasikan keterampilan dasarnya dalam menyelesaikan tugas atau permasalahan sehari-hari. Kompetensi yang perlu dimiliki anak di abad 21 ini adalah kemampuannya dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, kreativitas, berkomunikasi, dan berkolaborasi. Selanjutnya, karakter yang dibutuhkan di abad 21 ini adalah rasa penasaran yang cukup tinggi, memiliki inisiatif, tekun serta gigih (tak mudah menyerah), mudah beradaptasi, memiliki jiwa kepemimpinan, serta memiliki kepekaan sosial. Hal-hal tersebut bisa didapatkan dengan kegiatan berkarya pada anak usia dini sebagai dasar kemampuannya.

Salah satu yang dapat dilakukan di kelas untuk mengembangkan kemampuan anak dalam berkolaborasi adalah dengan membuat karya yang berukuran besar. Langkah-langkah dalam membuat karya berukuran besar, serupa dengan langkah membuat karya yang dibuat secara individual. Bedanya, karya ini dilakukan dan dikerjakan bersama-sama dalam kelompok. Jumlah anak yang membuat sebuah karya besar, dapat disesuaikan dengan kebutuhan serta tujuan yang akan dicapai.

Setiap tema atau topik dapat dibuat karya besarnya selama pada tema atau topik yang tengah dibahas bersama dengan anak ada objek atau tokoh yang dapat dieksplorasi dan diamati secara langsung sebagai proses ‘membaca’. Anak-anak juga dapat diajak untuk mewujudkan objek atau tokoh yang ada di buku cerita. Berikut ini akan dijabarkan mengenai proses pembuatan karya besar sesuai dengan tema.

The Lorax

Pada tema mengenai Lingkungan, buku cerita berjudul ‘The Lorax’ dijadikan sebagai buku tema utama dengan beberapa buku mengenai pohon sebagai buku-buku pendukung. ‘The Lorax’ karya Dr. Seuss bercerita mengenai hutan pohon Trufulla yang gundul akibat pohonnya ditebang dan diolah menjadi pakaian tanpa ditanam kembali. Pada tema ini, anak-anak diajak untuk menelusuri apa saja fungsi pohon bagi kehidupan dan bagaimana cara menjaganya. Anak-anak tentu saja diajak untuk melakukan eksplorasi langsung pohon, mengamati bagian-bagiannya, meraba teksturnya, menyentuh daunnya secara detil.

Karya-karya yang sudah dibuat oleh anak, kemudian dipajang di kelas. Semua anak mendapat kesempatan karya-karya yang dibuatnya diamati oleh teman-temannya yang lain. Mereka pun dapat memberikan masukan, bagian dari pohon apa yang belum ada pada karyanya. Karya besar kemudian dibuat dengan cara bekerja sama. Ada kalanya, membuat karya besar dilakukan dalam kelompok yang dibuat kecil-kecil dengan jumlah anggota anak yang sedikit agar tidak banyak distraksi yang dialami ketika berkarya.

Langkah awal dalam membuat karya besar pohon adalah membuat cat untuk membuat bagian daun. Anak-anak dapat melakukan eksporasi alat yang digunakan untuk mewarnai daun. Kemudian membuat sketsa bentuk batang dan juga dahan. Saat berkarya, anak-anak dapat diberikan pilihan media mewarnai yang akan digunakan untuk membuat daun dan juga batang pohonnya oleh guru. Pada saat membuat karya besar berbentuk pohon ini, anak-anak memilih media cat untuk daun serta krayon untuk batangnya.

Selain menggunakan tangannya secara langsung, anak-anak dapat memanfaatkan bubble wrap untuk mengecat.

Membuat sketsa karya dapat dilakukan oleh beberapa orang anak saja dan tidak perlu semua. Pada kegiatan melengkapi detil hingga mewarnai karyanya, semua anak dapat dilibatkan secara bergiliran atau kelompok per kelompok.

Karya pohon yang dibuat adalah pohon ilmiah yang secara visual menyerupai pohon sebenarnya. Anak-anak juga dapat diajak untuk membuat karya imajinasi yang terinspirasi dari objek serta tokoh di dalam buku cerita ‘The Lorax’. Karena imajinasi, tentunya tidak ada objek nyata yang dapat secara langsung diamati oleh anak. Sebagai gantinya, untuk memperluas wawasan anak sebelum membuat karya, anak dapat diajak untuk mengamati pohon Trufulla imajinasi melalui buku dan juga video.

Zoozical

Tema selanjutnya yang dibuat menjadi karya besar adalah objek-objek binatang yang terinspirasi dari buku yang berjudul Zoozical. Buku ini bercerita mengenai kondisi kebun binatang yang sepi pengunjung saat musim dingin. Para binatang kemudian merencanakan membuat sebuah pertunjukan agar dapat mendatangkan pengunjung. Banyak sekali jenis binatang yang terlibat dalam pertunjukan ‘Zoozical’ tersebut. Dan beberapa di antaranya menjadi inspirasi binatang yang akan dibuat menjadi karya berukuran besar.

Tentu saja, proses dalam membuat karya, anak-anak tetap melalui eksplorasi objek secara langsung. Kali ini, anak-anak diajak untuk melakukan pengamatan melalui mainan miniatur dan juga boneka serta membaca buku-buku yang terkait dengan objek-objek atau binatang yang akan digambarkan. Mereka kemudian diajak untuk menggambarkan binatang-binatang Zoozical dalam ukuran kecil pilihannya sebelum membuat karya besar. Karya ini nantinya akan digabungkan dengan beberapa objek karya lainnya dan menjadi satu kesatuan karya yang bercerita. Kemudian anak-anak pun diajak untuk melakukan voting / pemilihan objek / binatang yang akan dibuat menjadi karya besarnya.

Pembuatan karya besar dilakukan secara bersama-sama atau beberapa kelompok secara bergantian yang terdiri dari 4-5 anak secara bergantian. Dalam proses pembuatannya, kegiatan dilakukan secara informal. Guru mendampingi dan melibatkan anak-anak dalam percakapan-percakapan mengenai beragam hal, tidak selalu mengenai hal yang berkaitan dengan tema. Hal ini juga mampu membuat anak-anak lebih santai dalam berinteraksi, berani bercerita mengenai beragam hal dan pengalamannya. Membantu anak-anak yang selama pandemi minim interaksi dengan orang lain dan teman sebayanya.

Aksi yang dilakukan dengan membuat karya berukuran besar di kelas, membantu anak-anak lebih percaya diri mencoba hal baru. Tidak ada yang salah saat mereka menuangkan cat, memolesnya, mencapnya, dan membuat beragam tekstur. Anak akan lebih percaya diri karena tarikan garis yang dibuatnya adalah tarikan garis sederhana namun berukuran besar. Melakukannya secara bersama-sama akan membuat anak merasa saling mendukung, sesuatu yang sulit dapat dituntaskan bersama. Dalam proses pembuatannya, anak pun dapat bebas berinteraksi secara formal bersama guru dan teman-teman sebayanya. Yang ternyata perlu banyak dilatih pasca pandemi ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *