Parenting

Perkembangan Bahasa Anak Sebagai Aspek Penting Pada Awal Kehidupan

Anak itu unik. Pasti berbeda satu anak dengan anak lainnya. Perkembangan anak lain bukan menjadi patokan perkembangan anak kita. Tetapi, jangan pula terlena dengan keunikan anak, cek milestone setiap tahap usianya, apakah sudah berkembang sesuai dengan usianya?

Anakku memang terlambat bicaranya, soalnya dia jalan lebih cepat daripada anak yang lain…

Atau…

Anakku memang belum bisa bicara, tapi dia pintar kok… Sudah tahu angka…

Apakah kalimat tersebut tidak asing kita dengar di lingkungan? Atau bahkan kita sendiri pernah mengucapkan hal tersebut?

Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk yang utuh. Setiap anak memiliki berbagai aspek yang akan berkembang sesuai dengan tahapan usianya tentu saja dengan bantuan stimulasi yang diberikan.

Dari berbagai aspek perkembangan anak, belakangan ini mulai banyak terlihat keterlambatan pengembangan bahasa pada anak. Usia 3 tahun yang seharusnya sudah mulai dapat berkomunikasi dua arah malah menjadi sesuatu yang cukup langka. Banyak anak yang belum memiliki banyak kosakata, masih sulit memahami percakapan, dan juga belum dapat diajak berkomunikasi dua arah. Untuk usia 3 tahun hal tersebut telah masuk pada keterlambatan perkembangan bahasa, meskipun sebelumnya anak ini memiliki kemampuan berjalan terlebih dulu dibandingkan mengungkapkan bahasa.

Perkembangan bahasa anak diawali sejak bayi dari awal-awal mula kehidupannya. Saat anak berada di bawah usia 6 bulan, perkembangan bahasa yang muncul lebih banyak adalah perkembangan bahasa pasif seperti bereaksi ketika mendengar bunyi-bunyian atau menoleh untuk merespon suara yang didengarnya. Saat bayi berada di usia di atas 6 bulan, ia akan mulai memberi respon yang lebih aktif seperti menirukan suara yang didengarnya, mengoceh seakan-akan seperti sedang mengobrol, mulai berbicara dengan satu suku kata, makin ramai mengoceh, mulai coba menggabungkan dua suku kata berbeda, serta memanggil orangtuanya dengan panggilan khusus. Menjelang usia setahun, anak mulai menyebutkan kata-kata bermakna, memahami perintah serta larangan sederhana, dan mengucapkan satu hingga dua kata untuk mengungkapkan keinginannya. Jika adanya keterlambatan yang cukup kerap pada bahasa anak, hal tersebut dapat menjadi indikator adanya bahaya dalam perkembangan lainnya.

Butuh kepekaan orangtua untuk mengetahui perkembangan anaknya berada pada tahap yang tepat sesuai usianya atau mengalami keterlambatan. Jika terdeteksi ada keterlambatan tentu harus dilakukan tindakan stimulasi yang lebih kerap, konsultasikan pada pihak yang tepat seperti psikolog anak atau dokter tumbuh kembang. Itulah pentingnya orangtua mengenali dasar-dasar deteksi dini perkembangan anak. Hal termudah yang dapat dilakukan oleh orangtua adalah dengan rutin mengecek perkembangan anak dengan menggunakan milestone perkembangan. Selain itu orangtua perlu mengetahui pola belajar anak dalam piramida belajar. Jika mulai terdeteksi adanya keterlambatan bicara dan berbahasa pada anak, tentu perlu ditelusuri riwayat kehamilan, serta melahirkan ibu, faktor stimulasi, orang-orang siapa saja yang berada di sekitar anak, serta paparan media atau gadget yang didapatkan oleh anak.

Piramida belajar kerap digaungkan dalam lingkungan pendidikan anak usia dini. Dimana sensori menjadi dasar dari semua tahapan belajar anak. Lalu, apa kaitannya sensori dengan perkembangan bahasa anak?

Main sensori dapat membantu mengembangkan keragaman kosakata anak. Anak-anak akan cenderung lebih mudah memahami kosakata abstrak, kata kerja, kata sifat, dan bukan hanya menyebutkan objek. Karena saat bermain bayangan, misalnya, anak akan mengenal kata gelap-terang, dan bayangan besar-kecil. Pada saat anak-anak bermain dengan beragam tekstur, mereka akan mulai mengenai kasar, halus, lengket, licin, dan sebagainya. Kosakata itu semua akan dikenal oleh anak dengan cara merasakannya sendiri, bukan dijelaskan maknanya oleh orangtuanya. 
Main sensori memang dapat mengakomodasi seluruh perkembangan anak baik pada aspek sosial emosi, motorik, kognitif, serta bahasa. Jika anak tidak difasilitasi dengan bermain sensori sejak dini (baca : banyak dilarang ini dan itu), sering kali banyak ditemukan perkembangan yang terlambat di kemudian harinya. Jika perkembangan terlambat karena kebutuhan sensori yang masih sangat besar, maka anak perlu mengulang kembali proses bermain sensorinya untuk mengejar ketertinggalannya. Secara spesifik kita akan bahas bermain sensori sebagai salah satu cara pengembangan bahasa anak.

Ketika jaman semakin maju dengan munculnya berbagai permainan dalam bentuk digital di perangkat gadget, sensori anak semakin kurang terolah jika orangtua lebih banyak memilih perangkat gadget sebagai media yang membantu membuat anak ‘anteng’. Ketika anak sudah terlihat asyik sendiri dan orangtua dapat lebih tenang melakukan berbagai kegiatan lain, saat itulah masa-masa pengembangan bahasa yang penting mulai terbuang. Anak hanya akan pasif melihat dan mendengar tanpa ada interaksi dan keaktifan memberi respon, hanya diam di tempat dengan memandangi layar. Tentu saja sudah pasti banyak yang sudah memahami dampak buruk dari media dan juga gadget, namun kemudian di usia anak yang sudah 2-3 tahun baru disadari tentang keterlambatan perkembangan bahasa yang sudah cukup jauh.

Jadi, langkah apa saja yang bisa dilakukan untuk mencegah adanya keterlambatan berbahasa pada anak?

  • Catat selalu riwayat kehamilan hingga melahirkan ibu. Hal ini dapat sangat berguna ketika kita akan melakukan konsultasi dengan psikolog atau dokter tumbuh kembang.
  • Selalu cek milestone perkembangan anak. Milestone perkembangan anak mudah didapatkan jika kita mencarinya melalui internet.
  • Pastikan pula orangtua memberi stimulasi serta merespon dengan baik bicara dan bahasa anak. Lebih banyak melakukan interaksi dua arah, alih-alih menjadikan gadget sebagai sahabat anak.
  • Menjadikan kegiatan membaca buku sebagai kegiatan rutin di rumah. Hal ini dapat memberi lebih banyak paparan bahasa serta kosakata baru untuk anak.

Seorang anak dianggap mengalami gangguan berbahasa jika kemampuan bicara dan atau bahasa di bawah kemampuan anak seusianya. Jika dicek menggunakan milestone, keterlambatannya terpaut hingga 6 bulan. Maka dari itu, sangat penting untuk selalu melakukan pengecekkan terhadap kemampuan anak dan milestonenya. Penyebab gangguan komunikasi bisa terjadi karena gangguan anatomi alat bicara, gangguan pendengaran, gangguan susunan saraf, gangguan perilaku dan keterbelakangan mental.

Mengapa kita penting mengembangkan bahasa anak dan menjaga agar tidak terjadi keterlambatan berbahasa?

Dengan kemampuan berbahasa yang baik akan membantu anak agar dapat lebih mudah mengungkapkan keinginan, perasaan, serta pendapatnya. Pemahamannya terhadap banyak hal akan mudah diekspresikan jika anak memiliki kemampuan bahasa aktif yang baik. Sehingga kemampuan kognitifnya pun dapat terlihat bahkan terukur. Dengan berbahasa, anak akan lebih mudah berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya sehingga akan mengurangi terjadinya tantrum saat ada hal yang sulit dikomunikasikan.

Jika tidak ada masalah dengan riwayat kehamilan, kelahiran, bahkan anatomi bicara, anak akan lebih mudah mencapai perkembangan bahasa yang seharusnya dengan melakukan stimulasi yang tepat.

Jadi, kegiatan menarik apa yang sudah dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *