Books & Stories

Andalkan Aku

… If you ever find yourself stuck in the middle of the sea. I’ll sail the world to find you. If you ever find yourself lost in the dark and you can’t see. I’ll be the light to guide you…

Agak berlebihan memang janjiku pada Rhea, sahabatku sejak duduk di bangku SD. Aku dan Rhea kerap duduk di bangku yang berdampingan di kelas sejak SD. Kami akhirnya dipisahkan ketika memasuki bangku kuliah. Meski usia Rhea terpaut setahun di atasku, tapi jelas terlihat dia lebih terlihat manja. Bahkan dia cenderung terdengar sering mengeluhkan kisah cintanya padaku.

Pagi hari, lebih tepatnya dini hari, aku yang lupa mematikan ponsel terbangun oleh suara deringannya yang nyaring. Rhea meneleponku. Pagi buta. Dini hari yang sepi. “Yaaaa…” suaraku jelas masih dihiasi kantuk. “Kina, aku bahagiaaaaa! Masih ingat kan sama cowok ganteng yang ketemu aku di bengkel bulan lalu? Dia bilang kalau mau jadi pacar aku!” Rhea langsung bercerita. Dan aku langsung terjaga.

Hah. Cepat sekali ya. Sebulan lalu baru kenal. Itu pun kenal secara tidak sengaja. Dan sekarang Rhea sahabatku sudah punya pacar. Aku? Baru saja patah hati ditinggal cowok brengsek. Tapi, jujur saja, aku jadi tidak tega curhat tentang kisah lengkap patah hatiku pada Rhea. Aku kenal dia. Kebahagiaannya terkadang membuat dia tidak terusik dengan hal di sekelilingnya.

“Kina, pokoknya nanti kita kencan bareng yaaaaa!” Rhea langsung membuat rentetan rencana buat dirinya, pacar barunya, aku dan pacarku yang sebenarnya sudah jadi masa lalu. “Tapi Rhe, aku baru putus,” akhirnya aku membuat pengumuman. “Apaaaa?! Kenapaaaa?! Ya udah jangan sedih. Kalau gitu nanti kita jalan bertiga juga ga apa-apa ya. Oke. Udah dulu ya Kin, tidur lagi kamu.” Rhea mengakhiri teleponnya.

Tidur lagi. Jelas sudah tidak bisa. Aku diam menatap langit-langit kamarku. Masih menggenggam telepon yang menempel di telingaku. Lalu aku tersenyum.

Hari-hariku setelah menerima telepon Rhea, dihiasi dengan jutaan cerita bahagia. Tentang seorang pria tampan berhidung mancung, bermata coklat pujaan hati sahabat baikku. Rhea selalu menghiasi matanya dengan bunga saat bercerita. Senyumnya penuh gula saat berceloteh cerita mesra. Dan hari-hariku ini berjalan selama hanya 2 bulan. Bukan, bukannya setelah itu Rhea putus dengan pria tampan itu. Tapi entah kenapa Rhea menghilang. Ya, mungkin dia sibuk.

Dia menghilang. Rhea menghilang.

……

Rhea, datang lagi padaku 2 tahun kemudian. Ya, 2 tahun kemudian. Dengan tangisan pilu di saat aku sedang mempersiapkan pernikahanku dengan sosok yang baru. Aku teringat pada janjiku padanya. Akan mendengarkan kisah pilunya agar dapat mengurangi bebannya setengah dan akan mendengarkan kisah bahagianya agar kebahagiaan yang dirasakannya berkali lipat. Lagi pula, Rhea belum tahu aku sudah dilamar. Ini saatnya aku bercerita padanya.

“Kina, hubungan aku ga direstui mamanya Fian! Mamanya minta aku putus! Kinaaaa, aku ga mauuuuu!” Rhea menjerit histeris. Aku spontan menyembunyikan map yang berisi segala macam daftar yang ditawarkan WO padaku. Aku mendengarkan Rhea. Dia terus menangis, sesekali aku memeluknya, menggenggam tangannya. Dan akhirnya, Rhea menangis lama di bahuku.

Entah bisa bilang apa. Aku hanya bisa menghibur Rhea dengan menemaninya. Di tengah kesibukan persiapan pernikahan yang aku rahasiakan.

… You can count on me like 1, 2, 3 I’ll be there…

…’Cause that’s what friends are supposed to do…

Pagi hari, sebelum aku sempat mengeluarkan mobil dari garasi, ponselku berdering lagi. Rhea.
“Ya Rhe…” aku menyapanya sambil menyalakan mesin mobilku.
“Kamu jahat Kina! Mau nikah ga bilang-bilang aku. Semoga bahagia.”
Klik.
Tetiba Rhea langsung menutup teleponnya tanpa aku sempat menjawab apapun. Tapi sudahlah, dia pasti kesal aku tidak cerita. Nanti saja aku hubungi dia lagi.

Rhea semakin sulit aku hubungi. Apa dia marah padaku? Aku tidak lagi sempat menghubunginya karena persiapan segala menuju hari bahagia. Ya sudahlah. Nanti saja.

……

Tetiba aku pun mendapatkan musibah tak terduga. Tapi, siapa yang sanggup menduga musibah sebelumnya? Tidak ada yang Tuhan percaya untuk menyimpan rahasiaNya. Lelakiku, calon pendamping hidupku, di tengah persiapan kami menuju hari bahagia, mendapat kecelakaan. Nyawanya kini tak lagi bersatu dengan raganya. Aku mengingat Rhea, berharap kini dia yang menemaniku di tengah kekalutan dan sedikit rasa putus asa.

Tapi, Rhea masih hilang. Di kala aku yang menerima kemalangan.

Sebulan… Dua bulan… Tiga bulan… Aku masih saja dirudung duka. Hatiku masih teriris karena jarak tak terhingga beda dunia yang pasti. Cintaku masih saja melumat rindu, membuat hatiku seakan sekarat. Hampir mati.

Entah setelah berapa lama, Rhea datang kembali padaku. Kini dia mendengarkan aku sejenak. Aku hanya sanggup menyemangati diri sendiri. Aku berusaha bangkit berjalan, meski tak sanggup lagi terbang. Akhirnya, aku hanya sanggup mendoakan kekasihku tersayang yang gagal membawaku ke pelaminan karena dia ditakdirkan pulang ke pangkuan Tuhan. Aku jelas harus bangkit.

Rhea pun bangkit. Dia memberiku undangan pernikahannya yang tinggal menghitung pekan. Pada harinya, aku datang sendiri. Rhea mendoakan semoga aku segera menemukan kekasih hati. Dan kemudian hari-hari Rhea mulai dihiasi dengan kehidupan rumah tangga.

Aku memulai hidupku yang baru. Dengan penghuni hatiku yang dulu pilu. Seorang dari kehidupan yang lama menjadi penghuni baru di relung pikiran dan hati. Rhea mengenalnya. Tapi aku belum juga sempat bercerita. Ternyata berumah tangga itu begitu sibuk.

Namun, lagi-lagi kisahku berakhir pilu sebelum menginjak hitungan tahun. Belum juga aku sempat mencurahkan ceritaku, ponselku kembali berdering. Rhea lagi. Kali ini ceritanya lebih tragis dari sebelumnya. Setahun saja berumah tangga, tak dinyana suami Rhea mengkhianatinya. Kisahnya serupa dengan kakak Rhea yang juga dikhianati suaminya karena tak sanggup melahirkan buah hati. Rhea nyaris bunuh diri dan meminta aku yang menyelamatkannya.

……..

Rhea, cerita tersandung restu orangtua, cerita pengkhianatan cinta yang dialamimu, hingga niatmu bunuh diri semakin membuatku terkadang merasa takut menikah. Ingin rasanya aku menjeritkan itu. Kemana saja kamu Rhea? Ketika bahagia kamu lupa aku, ketika terpuruk kamu andalkan aku. Apa aku di matamu? Tempat sampahmu? Tanpa memikirkan aku pun punya hati. Rhea, andalkan aku dikala sedihmu pun bahagiamu. Dan, apakah aku bisa memintamu hal yang sama, sahabatku?

……..

Aku hanya terdiam. Tak sanggup bicara saat mendengarkan cerita Rhea di telepon. Suaranya tercekat. Sesekali menangis. Dan aku hanya diam. Aku diam. Dia menangis. Dan aku hanya sanggup diam.

Aku meraih iPod dan memutar lagu. Menyanyi lirih dengan mengubah lirik.

…Find out what we’re made of. When we are called to help our friends in need…

…You can count on me like 1, 2, 3 I’ll be there. And I (hope) when I need it I can count on you like 4, 3, 2 You’ll be there. ‘Cause that’s what friends are supposed to do…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *