Parenting

Bermain Sensori

[et_pb_section admin_label=”section”][et_pb_row admin_label=”row”][et_pb_column type=”4_4″][/et_pb_column][/et_pb_row][et_pb_row admin_label=”Row”][et_pb_column type=”1_3″][et_pb_image admin_label=”Image” src=”http://hotarukika.com/wp-content/uploads/2017/04/page.jpg” show_in_lightbox=”off” url_new_window=”off” use_overlay=”off” animation=”left” sticky=”off” align=”left” force_fullwidth=”off” always_center_on_mobile=”on” use_border_color=”off” border_color=”#ffffff” border_style=”solid”] [/et_pb_image][/et_pb_column][et_pb_column type=”2_3″][et_pb_text admin_label=”Text” background_layout=”light” text_orientation=”left” use_border_color=”off” border_color=”#ffffff” border_style=”solid”]

Pada usia dini, perkembangan sensori motor sangat penting serta menjadi perhatian khusus. Anak usia dini mulai belajar menggunakan seluruh indera tubuhnya serta mencoba bergerak menggunakan seluruh anggota tubuhnya. Sejak Raynar mulai bergerak lebih luas (baca : mahir merangkak), aku mulai mengamati kebutuhan sensorinya secara alamiah. Raynar sering merangkak menuju tempat bertekstur yang tidak biasa ia temukan di dalam rumah. Saat bermain ke rumah sepupunya pun, ia lebih lama diam di rumput halaman belakang.

Saat Raynar mulai berjalan, permintaannya pun semakin banyak. Terkadang menggila. Ia selalu minta jalan-jalan pagi atau sore hanya untuk duduk di tepian selokan atau di permukaan jalanan aspal yang rusak. Oya, tentu saja Raynar meminta dengan bahasa sebisanya saat itu (usia 11 bulan – 1 tahun).

[/et_pb_text][/et_pb_column][/et_pb_row][et_pb_row admin_label=”Row”][et_pb_column type=”4_4″][et_pb_image admin_label=”Image” src=”http://hotarukika.com/wp-content/uploads/2017/04/IMG_20161225_155049.jpg” show_in_lightbox=”off” url_new_window=”off” use_overlay=”off” animation=”left” sticky=”off” align=”left” force_fullwidth=”off” always_center_on_mobile=”on” use_border_color=”off” border_color=”#ffffff” border_style=”solid”] [/et_pb_image][et_pb_text admin_label=”Text” background_layout=”light” text_orientation=”left” use_border_color=”off” border_color=”#ffffff” border_style=”solid”]

Seringkali ibu-ibu khawatir anaknya main kotor. Aku pun paham rasanya setelah mengalami. Raynar setelah mandi sore minta main tanah, pegang kucing, mengejar ulat bulu. YA. MENGEJAR ULAT BULU. Tapi ternyata hal itu adalah kebutuhannya. Kebutuhan sensori anak usia dini. Kebutuhan tersebut perlu difasilitasi dan tentu saja diijinkan oleh lingkungan terdekatnya. Diijinkan untuk bermain tanah kembali setelah mandi, boleh memegang kucing, duduk di tepian selokan, dan sebagainya.

[/et_pb_text][/et_pb_column][/et_pb_row][et_pb_row admin_label=”Row”][et_pb_column type=”2_3″][et_pb_text admin_label=”Text” background_layout=”light” text_orientation=”left” use_border_color=”off” border_color=”#ffffff” border_style=”solid”]

Jadi, sebenarnya main sensori itu apa?

Main sensori adalah ‘main’ yang melibatkan semua indera tubuh. Misalnya bermain dengan bayangan, bermain musik dengan tempo yang berbeda-beda, menyentuh dan meraba tekstur beragam, bermain dengan bahan basah serta lengket, mencium aroma, dan masih banyak main sederhana yang ternyata banyak memberi stimulus pada anak-anak.

Main sensori dapat membantu mengembangkan keragaman kosakata anak. Anak-anak akan cenderung lebih mudah memahami kosakata abstrak, kata kerja, kata sifat, dan bukan hanya menyebutkan objek. Karena saat bermain bayangan, misalnya, anak akan mengenal kata gelap-terang,dan bayangan besar-kecil, Pada saat anak-anak bermain dengan beragam tekstur, mereka akan mulai mengenai kasar, halus, lengket, licin, dan sebagainya. Kosakata itu semua akan dikenal oleh anak dengan cara merasakannya sendiri, bukan dijelaskan maknanya oleh orangtuanya. Makan sendiri merupakan salah satu kegiatan sensori bagi anak. Makan dengan mengunakan tangan, membuat anak merasakan tekstur makanan dan melatih kemampuan motorik halusnya dengan mengoordinasikan gerakan tangannya, serta menjumput makanan.

Main sensori dapat mengakomodasi seluruh perkembangan anak baik pada aspek sosial emosi, motorik, kognitif, serta bahasa. Jika anak tidak difasilitasi dengan bermain sensori sejak dini (baca : banyak dilarang ini dan itu), sering kali banyak ditemukan perkembangan yang terlambat di kemudian harinya. jika perkembangan terlambat karena kebutuhan sensori yang masih sangat besar, maka anak perlu mengulang kembali proses bermain sensorinya untuk mengejar ketertinggalannya.

Ketika aku mengetahui banyak manfaat serta dampaknya jika anak tidak banyak melakukan main sensori, aku semakin bersemangat mengajak Raynar banyak bermain dengan seluruh inderanya.  Apalagi ketika tahu masalah-masalah perkembangan anak-anak di sekolah tempatku mengajar banyak sekali yang terkait kebutuhan sensorinya yang belum tuntas. Jadi, tunggu apa lagi? Ayo main sensori dan jangan takut cucian di rumah bertambah banyak!

[/et_pb_text][/et_pb_column][et_pb_column type=”1_3″][et_pb_image admin_label=”Image” src=”http://hotarukika.com/wp-content/uploads/2017/04/IMG_20161227_083830.jpg” show_in_lightbox=”off” url_new_window=”off” use_overlay=”off” animation=”left” sticky=”off” align=”left” force_fullwidth=”off” always_center_on_mobile=”on” use_border_color=”off” border_color=”#ffffff” border_style=”solid”] [/et_pb_image][et_pb_image admin_label=”Image” src=”http://hotarukika.com/wp-content/uploads/2017/04/IMG_20170227_143653.jpg” show_in_lightbox=”off” url_new_window=”off” use_overlay=”off” animation=”left” sticky=”off” align=”left” force_fullwidth=”off” always_center_on_mobile=”on” use_border_color=”off” border_color=”#ffffff” border_style=”solid”] [/et_pb_image][et_pb_image admin_label=”Image” src=”http://hotarukika.com/wp-content/uploads/2017/04/IMG_20170423_082512.jpg” show_in_lightbox=”off” url_new_window=”off” use_overlay=”off” animation=”left” sticky=”off” align=”left” force_fullwidth=”off” always_center_on_mobile=”on” use_border_color=”off” border_color=”#ffffff” border_style=”solid”] [/et_pb_image][/et_pb_column][/et_pb_row][/et_pb_section]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *