Books & Stories

Pelajar Pancasila

Indonesia masih berjuang untuk mencapai pendidikan yang maju dan setara dengan negara-negara lainnya. Banyak hal yang dilakukan negara ini untuk terus memperbaiki kualitas pendidikan. Banyak ahli serta tokoh-tokoh pendidikan dunia yang dijadikan sebagai acuan bagaimana kita bisa memahami siswa dalam proses pendidikan.

Namun, jangan pernah lupa bahwa sejak dulu Indonesia memiliki Ki Hajar Dewantara. Tokoh nasional yang berjuang untuk pendidikan dengan semboyannya Tut Wuri Handayani. Ki Hajar Dewantara lah yang menjadikan pendidikan Indonesia untuk semua golongan dari yang sebelumnya pendidikan hanya untuk kaum ningrat saja. Sebelumnya, pendidikan pada zaman kolonial (1854) diinisiasi oleh beberapa bupati yang diperuntukkan hanya bagi calon pegawai, tidak untuk semua kalangan. Lalu pendidikan semakin berkembang dengan adanya pendidikan untuk rakyat hanya untuk pengajaran baca tulis dan hitung yang mendukung untuk berdagang. Pendidikan semakin berkembang hingga hadirnya Taman Siswa sebagai gerbang pendidikan bagi Indonesia.

Poin penting dari pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah sebagai berikut :

  • Pendidikan untuk semua golongan. Ki Hajar Dewantara membuat Taman Siswa yang diperuntukkan bagi semua golongan, baik kaum ningrat dan juga rakyat biasa.
  • Memiliki semboyan / prinsip Tut Wuri Handayani yang bermakna, “Di depan memberi contoh, di depan memberi semangat, dan di belakang memberi dorongan.” Prinsip ini berlaku bagi semua guru dan murid di Taman Siswa serta berlaku hingga kini.
  • Bagi Ki Hajar Dewantara, kebudayaan dan pendidikan merupakan koneksi yang tidak dapat terpisahkan. Pendidikan merupakan landasan dari cita-cita kebudayaan di masa depan dan membentuk peradaban yang lebih baik. Pendidikan bukan sekedar pekerjaan untuk nilai ujian. Kebudayaan itu dinamis sehingga pendidikan pun harus terus bergerak mengikuti tuntutan zaman.
  • Pendidikan adalah perubahan. 3 hal penting dalam perubahan menurut Ki Hajar Dewantara : Kodrat Keadaan (mendidik harus sesuai zaman, tempat, alamnya), Perubahan (tapi tetap memperhatikan sejarah dan memegang erat kebudayaan), yang berubah adalah budi pekerti (holistik dan seimbang), dan harus berorientasi penuh pada anak.

Lalu, apakah kini pendidikan Indonesia sudah mencapai cita-cita Ki Hajar Dewantara? Apakah siswa telah mendapatkan kemerdekaannya dalam belajar? Bagaimana Indonesia dapat mewujudkan cita-cita luhur Ki Hajar Dewantara tersebut?

Cita-cita Ki Hajar Dewantara sejak dulu untuk pendidikan Indonesia, kini semakin coba diwujudkan melalui Profil Pelajar Pancasila. Setiap pelajar / siswa yang mengenyam pendidikan di Indonesia diharapkan mampu mencerminkan 6 profil seperti beriman, bertakwa dan berakhlak, berkebhinekaan global, bergotong royong, kreatif, bernalar kritis, dan mandiri.

Lalu, bagaimana caranya agar pelajar mampu mencapai profil yang diharapkan?

Proses pendidikan dilakukan dengan memegang prinsip merdeka belajar serta berorientasi pada kebutuhan anak. Pendidikan perlu memperhatikan elemen capaian pembelajaran yang terdiri dari nilai agama dan budi pekerti, jati diri, literasi dan STEAM. Hal ini kemudian diterjemahkan dalam berbagai kegiatan menarik yang dirancang oleh guru. Tentunya, guru memiliki peran penting dalam mewujudkan cita-cita Ki Hajar Dewantara.

Peran guru dalam mewujudkan cita-cita Ki Hajar Dewantara dapat dijelaskan sebagai berikut :

  • Guru perlu memegang prinsip Tut Wuri Handayani, yang menjadi contoh bagi anak, memberi semangat, serta memberi dorongan pada anak. Guru mendidik tanpa mengajarkan.
  • Guru perlu selalu mampu beradaptasi terhadap perubahan, karena Ki Hajar Dewantara pun mengatakan bahwa kebudayaan itu dinamis sehingga pendidikan tidak mungkin statis.

Kemampuan terpenting yang perlu dimiliki oleh seorang guru adalah kemampuannya dalam beradaptasi. Secara teknis, banyak sekali perubahan-perubahan serta penyesuaian yang akan terjadi dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia sehingga guru sebaiknya mampu dan terus menjadi pembelajar sejati. Yang tersulit bagi guru adalah membuat perencanaan yang diwujudkan dalam bentuk modul pembelajaran. Guru perlu memiliki kemampuan literasi yang luas dan mendalam mengenai beragam topik dan hal yang akan menjadi media untuk pengembangan siswa di sekolah. Guru perlu memiliki kemampuan membuat prediksi apa yang akan terjadi saat di lapangan dan menyusun rencana antisipasinya. Guru juga perlu membuat perencanaan yang jauh ke depan untuk melakukan evaluasi dan asesmen terhadap kegiatan yang telah dijalankan.

Mudah? Tentu saja tidak. Namun kesulitan bukan berarti tidak mungkin dilakukan. Hanya saja membutuhkan usaha yang lebih keras untuk mencapai cita-cita luhur bangsa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *