
Ketika Raynar Harus #dirumahaja
Siapa yang akan menyangka bahwa kita semua akan mengalami hidup layaknya di film-film thriller yang seringkali ditonton di bioskop. Pandemi virus Corona yang mulai merebak di akhir tahun 2019 dan semakin menyebar ke seluruh dunia membuat kita yang ada di Indonesia juga pada akhirnya harus #dirumahaja. Alih-alih melakukan banyak penyangkalan dengan menolak melakukan social distancing atau hanya sekedar menyerahkan segalanya pada Tuhan, aku memilih untuk mencoba mengikuti arahan dan aturan yang memang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia bahkan oleh WHO.
Aku sudah hampir 2 minggu melaksanakan WFH (work from home). Sebagai guru yang selalu aktif bermain di kelas bahkan lapangan sekolah, WFH ini sebenarnya cukup menyiksa. Banyak diam di hadapan layar, melakukan komunikasi melalui pesan-pesan tertulis, telepon atau bahkan video justru membuat tubuh ini lebih cepat terasa lelah dibandingkan dengan seharian bermain di lapangan bersama anak-anak. Hari pertama melaksanakan WFH sekaligus hari dimana aku harus menjadi guru di rumah untuk Raynar dengan berbagai program di rumah yang harus disarankan untuk dilakukan dan dilaporkan, cukup membuat sedikit kewalahan. Memang karena belum terbiasa. Selanjutnya memang lebih lancar.
Raynar memang merasa dia tidak bersekolah karena dirinya yang sakit. Karena memang beberapa hari sebelum sekolah di rumah, dia baru masuk sekolah dua hari pasca dirawat di rumah sakit karena DBD. Raynar sempat protes mengapa dia dilarang untuk pergi ke sekolah, “Kalau aku sudah sembuh, aku boleh sekolah lagi kan? Sekarang aku sudah sehat, Bu…”
Program belajar di rumah sudah diberikan oleh guru Raynar sebagai panduan berkegiatan yang bermakna bersama anak. Tapi memang Raynar mengungkapkan rasa tidak sukanya bersekolah di tempat yang muridnya hanya satu orang. Jadi, bagaimana aku mengisi kegiatan sekolah di rumah bersama Raynar?
Sebetulnya, kegiatan yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan kegiatan bermainku bersama Raynar seperti biasanya. Mungkin hal ini yang kemudian memunculkan protes dari Raynar dan ia mengatakan bahwa aku berbeda dengan cara gurunya mengajar. Tapi kemudian aku menyadari banyak sekali ide-ide di luar kebiasaan yang muncul dari Raynar sejak melakukan sekolah di rumah.
Hari pertama, Raynar diajak untuk mencari tahu tentang makanan sehat. Salah satunya adalah buah-buahan. Ia membaca buku tentang Apel yang dipinjamnya dari perpustakaan sekolah. Kemudian Raynar membuat karya kolase apel. Ia berinisiatif membuat bentuk lingkaran di kertas berwarna merah dan digunting untuk dijadikan sebagai apel yang mirip dengan yang ada di buku yang dibacanya.




Beberapa kegiatan dari program yang diberikan sekolah Raynar dilakukan dengan beberapa pengembangan. Atau bahkan Raynar yang mengganti beberapa bagian dengan idenya. Seringkali, Raynar melakukan kegiatan yang berbeda dengan hal yang ditugaskan. Namun untuk ukuran anak playgroup, tentunya hal tersebut tidak menjadi masalah. Karena anak di usia-usia tersebut seringkali berkegiatan masih sesuai dengan suasana hati. Yang terpenting adalah anak tidak terlalu banyak terpapar media elektronik.
Selanjutnya, Raynar ikut membantu menyiram tanaman di teras rumah. Belum juga mandi, dia sudah keluar dan ikut menyiram tanaman. Raynar pernah menanam biji jeruk yang aku makan beberapa waktu sebelumnya dan sekarang biji itu sudah mulai tumbuh. Dan tentu saja Raynar merasa sangat senang memiliki pohon yang tumbuh semakin tinggi.


Kegiatan berkarya lain yang Raynar buat di luar program sekolah, dia buat dengan spontan dan tentu sesuai dengan keinginannya. Seringkali idenya di luar kebiasaan dan menggabungkan dengan pengalaman yang dia miliki.





Ketika aku sedang melaksanakan WFH, Raynar tidak berhenti berkarya. Dengan sesekali menonton serial Upin Ipin yang tetiba jadi seperti jadwal makan hadir di televisi. Dari kegiatan menonton pun, dia menghasilkan karya. Begitu pula dengan bertambah seringnya Raynar mendengar kata ‘Virus Corona’.


Raynar yang terus berulang kali bertanya ‘Kenapa aku gak boleh sekolah?’ kemudian diceritakan sebuah dongeng sebelum tidur tentang Kisah Virus Corona. Kisah sederhana yang sosok virus sedikit diubah menjadi tokoh imajinasi agar lebih mudah dipahami oleh Raynar.
Ada sesosok virus bernama Corona. Dia senang sekali membuat orang jadi sakit. Virus Corona suka ikut-ikutan kalau ada orang yang kumpul-kumpul. Si Virus ikutan kumpul, ikutan ngobrol-ngobrol, main barenag, sampai akhirnya ikut sama orang-orang pulang ke rumahnya. Kalau ada orang yang diikutin sama Si Corona, orang itu akan mudah jadi sakit kalau dianya tidak suka makan-makanan sehat, tidak suka minum vitamin, tidak suka minum susu, tidak suka olahraga, dan tidak suka berjemur. Tapi kalau virus Corona ngikutin orang yang badannya sehat, orangnya tidak akan sakit tapi bisa bikin virus Coronanya ingin pindah cari orang lain. Supaya Virus Coronanya tidak gampang pindah-pindah bikin orang sakit, jadinya kita harus diam di rumah. Supaya virusnya bingung karena tidak ada orang yang kumpul-kumpul lagi. Karena itu, Raynar jangan sekolah dulu, kan sekolah itu tempat Raynar kumpul-kumpul sama teman-teman sama ibu guru, supaya tidak ketauan sama Virus Corona. Kalau tidak ada lagi orang yang kumpul-kumpul, Virus Corona akan kebingungan dan makin lama dia akan mati tidak bisa mengganggu orang lagi. Raynar harus bersabar main di rumah, tidak pergi-pergi dulu, tidak sekolah dulu. Kalau kangen sama teman-teman bisa telepon. Tapi Raynar harus di rumah dulu. Kalau kita nurut, semoga semakin cepat kita boleh keluar rumah.
Selain berkarya dengan menggambar, seperti biasa, Raynar juga bermain dengan Legonya. Dia yang sedang senang dengan kereta dan berbagai kendaraan, mulai banyak membuat karya kereta atau mobil.




Dari buku yang dibacanya, Raynar juga membuat karya. Karya yang spontan dibuatnya sesaat setelah bangun tidur di pagi hari.


Dari buku, Raynar pun melakukan beberapa permainan. Buku-buku ini sempat dipinjam sebelum dilakukan sekolah di rumah. Dan ternyata banyak hal seru di dalamnya. Buku yang mengasah ketajaman pengamatan, memahami instruksi dan petunjuk, dan tentu saja mempererat bondingku dengan Raynar.

Karya-karya yang dibuat sesuai dengan program yang diberikan sekolah tetap dilakukan. Namun, Raynar memang selalu melakukan negosiasi beberapa hal dilakukan sesuai dengan keinginannya.
Di rumah saja bukan berarti bosan tanpa kegiatan. Meski seringkali mulai merasa kebingungan, harus melakukan kegiatan apa lagi hari ini? Bahkan, Raynar mulai muncul ide-ide aneh di luar kebiasaan. Melihat kebiasaanku yang mulai bekerja di rumah, dia mulai berkarya membuat tabletnya sendiri untuk bekerja.
Kegiatan belajar dan bermain di rumah yang sudah berjalan dua pekan, dilanjutkan kembali hingga (sementara) dua pekan ke depan. Semoga, virus segera enyah dari dunia agar kita semua bisa berkegiatan lagi di luar rumah.

